Tuesday, December 26, 2006

Bandung Sudah Menjadi Kota Terpadat di Dunia

Kota Bandung, kini merupakan salah satu kota terpadat di dunia. Sebab, jumlah penduduknya untuk setiap satu hektare mencapai 155 orang. Padahal, standar dunia satu hektare hanya boleh dihuni 60 orang. Demikian diungkapkan Kepala Bapeda Kota Bandung, Tjetje Subrata, Sabtu (23/12), usai membuka acara bakti sosial Gerakan Cikapundung Bersih, Jln. Cikapundung Timur (belakang Gedung PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten/DJBB), Sabtu pekan lalu.


Wisatawan domestik kembali menyerbu Kota Bandung untuk menghabiskan masa liburan sekolah yang bertepatan dengan liburan Hari Natal dan tahun baru.*M. GELORA SAPTA/"PR" Menurut Tjetje, Kota Bandung sebenarnya disiapkan hanya untuk dihuni paling banyak 750.000 orang dengan luas wilayah 12 km persegi. Namun saat ini, ketika luas wilayahnya 16,7 km telah dihuni 2,6 juta jiwa atau lebih dari tiga kali lipat jumlah penduduk yang ditoleransi (perancang) Kota Bandung. Terkait hal itu, perlu ada rekayasa dalam penanganannya. Sebab, tidak mungkin Kota Bandung menjadi kota tertutup bagi orang lain. "Jadi, sangat tepat jika saat ini wali kota melakukan langkah-langkah yang mengarah pada keberpihakan terhadap lingkungan, seperti Gerakan Cikapundung Bersih, sejuta bunga, dan gerakan penanaman pohon," tuturnya. Tjetje menambahkan, Kota Bandung sangat berpengaruh pada iklim mikro yang setiap hari harus diperbaiki. Demikian pula gas emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor, merupakan bagian yang harus diperhatikan. Misalnya, adanya pengaturan mengenai jumlah mobil atau motor untuk satu keluarga. "Jangan sampai dalam satu rumah mempunyai mobil lima sampai enam. Kemudian diberinya insentif bagi yang menggunakan sepeda, karena mereka tidak mengeluarkan emisi," ucapnya.
Selain itu, lanjut Tjetje, juga harus dibuatkan regulasi mengenai pengendalian jumlah penduduk. Misalnya, kalau zaman Orde Baru melalui KB. "Nah, kalau sekarang apakah bisa kembali dihidupkan? Sebab, jika dibiarkan akan terjadi ledakan penduduk dan Kota Bandung menjadi kota yang hiruk pikuk dengan ruangan yang sempit. Jika sebelumnya satu rumah dihuni 10 orang dan sekarang dihuni 40 orang, mau bagaimana?" ujarnya bernada tanya. Bandung Timur Secara terpisah, Sekertaris Komisi C DPRD Kota Bandung Muchsin Al-Fikri berpendapat, salah satu solusi mengurangi kepadatan pendudung di Kota Bandung, adalah dengan cara mempercepat pembangunan di Bandung Timur. Dengan demikian, kepadatan penduduk menjadi tersebar dan investor yang akan membangun perumahan juga harus diarahkan ke Bandung Timur. Menurut Muchsin, Bandung Timur kurang diminati, mengingat infrastruktur masih belum memadai. Padahal, wilayah tersebut masih luas untuk dikembangkan. Mengenai dana cadangan pengembangan Bandung Timur Rp 40 miliar yang tidak masuk dalam APBD 2007, menurut Muchsin seharusnya dianggarkan. Tetapi, mengingat dari dinas terkait kurang matang persiapannya, maka dana itu dihilangkan. "Memang, ini satu kerugian bagi masyarakat. Bahkan, dari aspek pemerataan penduduk pun menjadi terlambat," katanya. Selain percepatan Bandung TImur, di Bandung Barat yang wilayahnya sangat padat harus dilakukan langkah-langkah, antara lain razia penduduk yang tidak ber-KTP. Lewat cara itu, diharapkan bisa membatasi terpusatnya penduduk di Kota Bandung. "Wilayah Cicadas, Pasirkoja, Ciroyom merupakan salah satu daerah terpadat di Kota Bandung. Ini harus dilakukan langkah-langkah agar tidak menjadi masalah di kemudian hari,"

No comments: